𝗔𝗣𝗔 𝗕𝗘𝗗𝗔 𝗣𝗘𝗡𝗚𝗔𝗞𝗨𝗔𝗡 𝗗𝗢𝗦𝗔 𝗗𝗜 𝗞𝗔𝗠𝗔𝗥 𝗣𝗘𝗡𝗚𝗔𝗞𝗨𝗔𝗡 𝗗𝗔𝗡 𝗥𝗜𝗧𝗨𝗦 𝗧𝗢𝗕𝗔𝗧 𝗦𝗔𝗔𝗧 𝗠𝗜𝗦𝗔?

𝗔𝗣𝗔 𝗕𝗘𝗗𝗔 𝗣𝗘𝗡𝗚𝗔𝗞𝗨𝗔𝗡 𝗗𝗢𝗦𝗔 𝗗𝗜 𝗞𝗔𝗠𝗔𝗥 𝗣𝗘𝗡𝗚𝗔𝗞𝗨𝗔𝗡 𝗗𝗔𝗡 𝗥𝗜𝗧𝗨𝗦 𝗧𝗢𝗕𝗔𝗧 𝗦𝗔𝗔𝗧 𝗠𝗜𝗦𝗔?

 𝘈𝘱𝘢 𝘣𝘦𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘶𝘤𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘢𝘸𝘢𝘭 𝘔𝘪𝘴𝘢 (𝘚𝘢𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶/𝘙𝘪𝘵𝘶𝘴 𝘛𝘰𝘣𝘢𝘵) 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘢𝘯 𝘥𝘰𝘴𝘢 (𝘱𝘳𝘪𝘣𝘢𝘥𝘪)? 

Tentang absolusi dalam Ritus Tobat di awal Ekaristi, bisa dirujuk pada Pedoman Umum Misale Romawi, demikian: “Sesudah hening sejenak, seluruh umat menyatakan tobat dengan rumus pengakuan umum. Sesudah itu, imam memberikan absolusi. Tetapi absolusi ini tidak memiliki kuasa pengampunan seperti absolusi dalam Sakramen Tobat” (51).

Perhatikanlah kalimat terakhir: absolusi dalam Ritus Tobat tidak memiliki kuasa pengampunan seperti dalam Sakramen Tobat. Untuk mengerti kalimat ini sebaiknya kita tidak memisahkan Ritus Tobat tersendiri, terlepas dari Sakramen Ekaristi seutuhnya. Karena itulah Ritus Tobat tidak bisa disetarakan dengan Sakramen Tobat baik yang pribadi maupun umum.

Sebagai bagian Ekaristi, Ritus Tobat berfungsi mempersiapkan umat agar dengan hati murni dan bersih dapat mendengarkan dan menyambut Tuhan dalam Ekaristi. Dengannya, kita mengakui dosa kita dan menyesalinya di depan umum, artinya di hadapan Gereja yang berkumpul, seperti kata imam: agar kita layak merayakan peristiwa keselamatan. Peristiwa keselamatan itulah yang memberikan kepada kita pengampunan dosa.

Jadi memang ada pengampunan dosa melalui Ekaristi? Benar. Ada 4 sakramen yang memberi efek pengampunan dosa: Pembabtisan yang membersihkan kita dari dosa asal dan dosa pribadi sebelum dibaptis, Ekaristi dan 2 sakramen penyembuhan yaitu Sakramen Tobat (Sakramen Pengakuan, Rekonsiliasi, atau Pengampunan) dan Sakramen Penguatan.

Mengenai pengampunan dalam Ekaristi dapat dibaca  Katekismus Gereja Katolik no. 1393 “Komuni memisahkan kita dari dosa. Tubuh Kristus yang kita terima dalam komuni, telah “diserahkan untuk kita” dan darah yang kita minum, telah “dicurahkan untuk banyak orang demi pengampunan dosa”. Karena itu Ekaristi tidak dapat menyatukan kita dengan Kristus, tanpa serentak membersihkan kita dari dosa yang, telah dilakukan dan melindungi kita terhadap dosa-dosa baru.”

KGK 1394 menyebut bahwa penerimaan komuni membuat cinta kita ditumbuhkan kembali. “Cinta yang dihidupkan kembali ini menghapus dosa ringan. Bdk. Konsili Trente: DS 1638.” Yang dihapuskan dalam perayaan Ekaristi adalah dosa-dosa ringan saja. Dosa ringan tidak memisahkan kita sepenuhnya dari Tuhan, karena itu diampuni oleh penerimaan Tubuh dan darah Kristus. Sedangkan dosa-dosa berat yang menghilangkan rahmat baptisan dan melukai persekutuan Gereja dihapuskan melalui Sakramen Tobat (lih. KGK 1446).

Perbedaan antara Ritus Tobat dalam Ekaristi dan Sakramen Tobat juga nampak dalam rumusan absolusi. Dalam Sakramen Tobat, imam memberikan pernyataan afirmatif, sambil memberikan tanda salib: “… Maka saya melepaskan saudara segala dosa dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.” Sebaliknya dalam Ritus Tobat, imam memakai kata-kata doa: Semoga Allah yang mahakuasa dan maharahim mengampuni dosa-dosa kita, dan menghantar kita ke hidup yang kekal. Imam tidak memberikan tanda salib saat mengucapkannya, dan dipakai ungkapan doa, justru karena karena mengarahkan kita pada Sakramen Ekaristi sebagai misteri keselamatan. Di situlah kurban Kristus dihadirkan kembali serentak dengan buahnya.

Apakah Sakramen Tobat mengampuni hanya untuk dosa berat? Tentu saja tidak. Dosa ringan juga diampuni dalam Sakramen Tobat. Banyak orang Katolik mengalami peristiwa konseling ketika membawa semua dosanya dalam Sakramen Tobat dan memperoleh buah rahmat yang luar biasa: merasakan kelegaan dan pelepasan, kebahagiaan dalam hidupnya dan yang paling utama cinta kasihnya pada Tuhan dan sesamanya semakin hidup.

Komentar