𝗝𝗔𝗟𝗔𝗡 𝗞𝗘𝗖𝗜𝗟 𝗦𝗧. 𝗧𝗛𝗘𝗥𝗘𝗦𝗜𝗔 𝗔𝗗𝗔𝗟𝗔𝗛 𝗣𝗘𝗡𝗢𝗟𝗔𝗞𝗔𝗡 𝗦𝗘𝗡𝗬𝗔𝗣 𝗔𝗧𝗔𝗦 𝗔𝗝𝗔𝗥𝗔𝗡 𝗦𝗘𝗦𝗔𝗧

Oleh : 𝑫𝒂𝒏𝒊𝒆𝒍 𝑬𝒔𝒑𝒂𝒓𝒛𝒂 

Inti dari spiritualitas St. Theresia adalah penyerahan diri seperti anak kecil kepada belas kasihan Tuhan – sebuah sikap yang bertentangan langsung dengan kekakuan Jansenisme.

Dalam hidupnya yang singkat, St. Theresia dari Lisieux secara diam-diam namun radikal menentang sikap Jansenis yang bertahan dalam ajaran Katolik pada zamannya. Jansenisme, sebuah gerakan yang berkembang pada abad ke-17, menekankan ketidaklayakan manusia dan dugaan kesulitan untuk "memperoleh" kasih karunia Tuhan. Para pengikutnya, yang ditandai dengan ketelitian yang mencolok, sering kali melihat hidup sebagai perjuangan terus-menerus untuk diterima oleh Allah yang jauh, saat mereka menjalani hari-hari mereka dengan terbebani oleh rasa takut dan keraguan diri.

"Jalan Kecil" St. Theresia sangat berbeda. Inti spiritualitasnya adalah penyerahan diri seperti anak kecil kepada belas kasihan Allah – sebuah sikap yang secara langsung bertentangan dengan kekakuan Jansenisme.

Bagi St. Theresia, kesempurnaan tidak ditemukan melalui pemeriksaan diri yang ketat atau pertobatan yang berat, tetapi melalui kepercayaan dan kerendahan hati yang sederhana. Dia menyadari kekecilannya di hadapan Alla, tetapi melihat kesederhanaan ini sebagai sumber kegembiraan, bukan keputusasaan. Dalam otobiografinya, The Story of a Soul , dia menulis: "Aku terlalu kecil untuk menaiki tangga kesempurnaan yang berat." Sebaliknya, dia percaya Allah akan menggendongnya, seperti seorang anak percaya kepada orang tua yang penuh kasih.

Ketergantungan pada kasih Allah ini menentang pola pikir Jansenis secara radikal. Alih-alih menjadi hakim yang keras dan menuntut, St. Theresia melihat Allah sebagai Bapa yang penuh kasih, yang terlibat erat dalam hal-hal terkecil dalam hidupnya. 

Jansenisme sering kali membuat orang-orang meneliti setiap pikiran dan tindakan mereka, karena takut bahwa suatu kesalahan dapat membahayakan keselamatan mereka. Di sisi lain, St. Theresia percaya bahwa bahkan ketidaksempurnaannya dapat membawanya lebih dekat kepada Allah – jika ia menerimanya dengan penuh kepercayaan dan ketulusan. Dalam semangat ini, jalan hidupnya yang sederhana mengajak kita untuk tidak terobsesi dengan kegagalan kita, tetapi menyerahkannya kepada Tuhan yang penuh belas kasihan.

Pengabaian St. Theresia membebaskan jiwa dari ketelitian yang melelahkan yang menjangkiti banyak orang di bawah bayang-bayang Jansenisme. Cara sederhananya dalam mencintai Allah  mengubah kehidupan spiritual dari beban menjadi hubungan yang membebaskan menekankan bahwa kekudusan sejati tidak diperuntukkan bagi "golongan elit spiritual" tetapi dapat dimasuki oleh semua orang, terutama mereka yang merasa tidak penting. "Demokratisasi kekudusan" ini (undangan untuk mencintai dengan kebebasan layaknya anak kecil) terus menginspirasi jutaan orang.

Di zaman yang masih berjuang melawan perfeksionisme dan rasa takut akan ketidakmampuan, Jalan Kecil St. Theresia berbicara dengan relevansi yang luar biasa. Pendekatannya mengingatkan kita bahwa kasih, bukan rasa takut, adalah dasar kopikehidupan bersama Kristus. Jika Jansenisme mungkin telah membuat banyak orang putus asa dan terisolasi, pesan St. Theresia menawarkan kepastian yang lembut: Percayalah pada pelukan Allah dan beristirahatlah tanpa rasa takut dalam kasih-Nya.

Komentar